Di Amerika Serikat (AS), pers merupakan kekuatan
ke-empat selain eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini karena pers di
Amerika Serikat selalu mengacu pada Konstitusi Amandemen Pertama yang
mengatakan bahwa, “Kongres tidak boleh membuat undang-undang tentang keberadaan
agama dan melarang kebebasan pelaksanaannya; tidak boleh membatasi kebebasan
berbicara, pers, hak berkumpul secara damai, dan hak menegur pemerintah.”
Batasan mengenai kebebasan pers di Amerika Serikat memang tidak begitu jelas
dan serba ambigu, hal tersebut dikarenakan pemerintah dapat sedikit memberi
sensor dan pressure (tekanan) kepada pers dengan alasan untuk menjaga
stabilitas nasional. Akan tetapi, pers juga berhak untuk menolak sensor dan pressure
tersebut dengan mengacu pada Amandemen Pertama di atas.
Pada masa kolonial, media massa yang digunakan
oleh masyarakat Amerika Serikat adalah koran, pamflet, majalah, serta
buku-buku. Tahun 1920-an media massa Amerika Serikat berkembang dan makin
modern dengan ditemukannya sinyal radio dan stasiun-stasiun radio pun mulai
banyak berdiri sebagai bentuk media yang baru. Sebenarnya, teknologi televisi
mulai ditemukan sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1924, seorang investor kaya
dari Inggris John Logie Baird menemukan teknologi untuk menampilkan gambar atau
foto di dalam layar tabung. Lalu, Ernst F. W. Alexanderson, 1878-1975 (seorang kelahiran Swedia, seorang lulusan insinyur listrik di Amerika Serikat dan juga
merupakan perintis televisi yang mengembangkan frekuensi tinggi alternator
(alat yang mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik) yang mampu
menghasilkan gelombang radio yang terus-menerus. Dia juga menciptakan
penemuan-penemuan lain dibidang elektrifikasi kereta api, motor dan transmisi
listrik, telepon relay, dan listrik penggerak kapal. Tahun 1928 transmisi
televisi dari "Alex laboratorium" pertama kali didemonstrasikan pada
layar berukuran kurang lebih 2x2 meter dengan bantuan Alexanderson proyektor TV
yang ia ciptakan. (Leydoig. “Ernst F. W. Alexanderson: Biography”. http://www.ieeeghn.org/Ernst_F._W._Alexanderson.htm.
Di akses pada tanggal 8 Mei 2009, pukul 13.01 WIB) berhasil memasang perangkat televisi pertama di
rumahnya pada Januari 1928, akan tetapi penemuan ini belum diproduksi dan
dipasarkan secara massal. Selanjutnya, pada tanggal 10 Mei 1928, stasiun WGY
menjadi perusahaan broadcast (penyiaran) pertama di Amerika Serikat yang
berada di sekitar wilayah Schenectady, New York. Inilah cikal bakal ditemukannya televisi di
Amerika Serikat. Pertama kali televisi diproduksi secara massal pasca Perang
Dunia II yaitu sekitar tahun 1948, lalu ditemukannya televisi berwarna pada
tahun 1953. Dengan makin berkembangnya teknologi televisi, masyarakat Amerika
Serikat semakin mudah untuk mendapat informasi serta berita apapun secara
aktual, dan hal itu terus berlanjut hingga tahun 1960-an dimana setiap keluarga
memiliki televisi di rumah mereka masing-masing. Pada tahun 1960-an lebih dari
79juta unit TV terjual dan lebih dari 90 persen orang Amerika Serikat mempunyai
televisi di rumah mereka masing-masing. Oleh karena itu, pada era inilah
produksi televisi mulai mencapai posisi puncaknya. Hal tersebut dapat
dibandingkan pada tahun 1948, televisi yang terjual 172.000 unit dan 5juta unit
pada tahun 1950.
Sejak tahun 1960-an, televisi merupakan elemen
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Amerika Serikat. Pada saat berbagai peristiwa penting terjadi di dunia, televisi mempunyai
peran besar sebagai penghubung antara peristiwa dengan masyarakat. Penulis mengambil
contoh pada saat Perang Vietnam
berlangsung,
televisi juga ikut mengambil peran untuk memberitakan perang Vietnam kepada
publik Amerika Serikat. Pada tahun 1964, televisi mendapat urutan pertama media
massa yang paling banyak dipakai oleh masyarakat dengan persentase sebesar 58
persen, 56 persen koran, 25 persen radio, dan 8 persen majalah. Pada tahun
1972, menurut survey Louis Harris (seorang anggota Senat AS), televisi mendapat
persentase 64 persen dan surat kabar mendapat persentase 46 persen. Pada tahun
yang sama, hasil survey Roper menunjukkan bahwa persentase penggunaan media
massa terbanyak ialah 48 persen televisi, 21 persen koran, dan 31 persen media
massa yang lainnya.
Terdapat beberapa faktor mengapa televisi menjadi
media massa yang paling populer bagi masyarakat AS di tahun 1960-an dan
menggeser kedudukan radio serta media cetak, yaitu karena televisi mempunyai
beberapa kelebihan seperti:
- Televisi
menguasai jarak dan waktu, artinya dengan memanfaatkan satelit televisi
dapat menyiarkan pesan dan informasinya secara luas dan serentak sehingga
sasaran untuk menjangkau massa cukup besar.
- Nilai aktualitas
televisi terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat.
- Dengan kemampuan
menampilkan audio visual, menimbulkan daya rangsang masyarakat yang cukup
tinggi untuk menikmati berita yang disajikan oleh televisi karena kekuatan
suara dan gambar yang dimilikinya.
- Informasi atau
berita-berita yang disampaikan lebih singkat, lebih jelas dan sistematis
sehingga pemirsa tidak perlu untuk mempelajari isi pesan terlalu lama
dalam menangkap pesan dalam siaran televisi.
Kelebihan-kelebihan televisi tersebut juga
didukung dengan pernyataan dari Skornis dalam bukunya yang berjudul Television
and Society; An Incuest and Agenda (1985), “dibandingkan dengan media massa
lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya
mempunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar.
Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari
ketiga unsur di atas. Dengan layar yang relatif kecil diletakkan di sudut ruangan
rumah, televisi menciptakan suasana tertentu di mana para pemirsanya duduk
dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan
juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita,
artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti
karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.” Dari
pernyataan Skornis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberitakan kondisi
perang Vietnam, televisi dapat menampilkan tayangan yang kejam dan “horor”,
sehingga publik dapat merasakan sendiri suasana perang di rumah mereka
masing-masing. Selain itu, televisi mampu menampilkan kondisi perang dalam
bentuk audio visual sehingga penonton merasakan kenyamanan untuk menonton
berita tanpa harus membaca tulisan-tulisan seperti di surat kabar. Dalam proses
penyampaian berita, televisi lebih cepat sampai dan diberitakan langsung kepada
publik Amerika Serikat dibandingkan dengan media yang lain, hal ini dikarenakan
televisi mempunyai teknologi dan sistem transmisi serta satelit yang canggih
dibandingkan dengan radio atau surat kabar. (Ryfky Eka Putra)