Sunday, March 18, 2012

Kekuatan Televisi Dalam Jurnalisme


Di Amerika Serikat (AS), pers merupakan kekuatan ke-empat selain eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini karena pers di Amerika Serikat selalu mengacu pada Konstitusi Amandemen Pertama yang mengatakan bahwa, “Kongres tidak boleh membuat undang-undang tentang keberadaan agama dan melarang kebebasan pelaksanaannya; tidak boleh membatasi kebebasan berbicara, pers, hak berkumpul secara damai, dan hak menegur pemerintah.” Batasan mengenai kebebasan pers di Amerika Serikat memang tidak begitu jelas dan serba ambigu, hal tersebut dikarenakan pemerintah dapat sedikit memberi sensor dan pressure (tekanan) kepada pers dengan alasan untuk menjaga stabilitas nasional. Akan tetapi, pers juga berhak untuk menolak sensor dan pressure tersebut dengan mengacu pada Amandemen Pertama di atas.
Pada masa kolonial, media massa yang digunakan oleh masyarakat Amerika Serikat adalah koran, pamflet, majalah, serta buku-buku. Tahun 1920-an media massa Amerika Serikat berkembang dan makin modern dengan ditemukannya sinyal radio dan stasiun-stasiun radio pun mulai banyak berdiri sebagai bentuk media yang baru. Sebenarnya, teknologi televisi mulai ditemukan sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1924, seorang investor kaya dari Inggris John Logie Baird menemukan teknologi untuk menampilkan gambar atau foto di dalam layar tabung. Lalu, Ernst F. W. Alexanderson, 1878-1975 (seorang kelahiran Swedia, seorang lulusan  insinyur listrik di Amerika Serikat dan juga merupakan perintis televisi yang mengembangkan frekuensi tinggi alternator (alat yang mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik) yang mampu menghasilkan gelombang radio yang terus-menerus. Dia juga menciptakan penemuan-penemuan lain dibidang elektrifikasi kereta api, motor dan transmisi listrik, telepon relay, dan listrik penggerak kapal. Tahun 1928 transmisi televisi dari "Alex laboratorium" pertama kali didemonstrasikan pada layar berukuran kurang lebih 2x2 meter dengan bantuan Alexanderson proyektor TV yang ia ciptakan. (Leydoig. “Ernst F. W. Alexanderson: Biography”. http://www.ieeeghn.org/Ernst_F._W._Alexanderson.htm. Di akses pada tanggal 8 Mei 2009, pukul 13.01 WIB) berhasil memasang perangkat televisi pertama di rumahnya pada Januari 1928, akan tetapi penemuan ini belum diproduksi dan dipasarkan secara massal. Selanjutnya, pada tanggal 10 Mei 1928, stasiun WGY menjadi perusahaan broadcast (penyiaran) pertama di Amerika Serikat yang berada di sekitar wilayah Schenectady, New York.  Inilah cikal bakal ditemukannya televisi di Amerika Serikat. Pertama kali televisi diproduksi secara massal pasca Perang Dunia II yaitu sekitar tahun 1948, lalu ditemukannya televisi berwarna pada tahun 1953. Dengan makin berkembangnya teknologi televisi, masyarakat Amerika Serikat semakin mudah untuk mendapat informasi serta berita apapun secara aktual, dan hal itu terus berlanjut hingga tahun 1960-an dimana setiap keluarga memiliki televisi di rumah mereka masing-masing. Pada tahun 1960-an lebih dari 79juta unit TV terjual dan lebih dari 90 persen orang Amerika Serikat mempunyai televisi di rumah mereka masing-masing. Oleh karena itu, pada era inilah produksi televisi mulai mencapai posisi puncaknya. Hal tersebut dapat dibandingkan pada tahun 1948, televisi yang terjual 172.000 unit dan 5juta unit pada tahun 1950.
Sejak tahun 1960-an, televisi merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Amerika Serikat. Pada saat berbagai peristiwa penting terjadi di dunia, televisi mempunyai peran besar sebagai penghubung antara peristiwa dengan masyarakat. Penulis mengambil contoh pada saat Perang Vietnam berlangsung, televisi juga ikut mengambil peran untuk memberitakan perang Vietnam kepada publik Amerika Serikat. Pada tahun 1964, televisi mendapat urutan pertama media massa yang paling banyak dipakai oleh masyarakat dengan persentase sebesar 58 persen, 56 persen koran, 25 persen radio, dan 8 persen majalah. Pada tahun 1972, menurut survey Louis Harris (seorang anggota Senat AS), televisi mendapat persentase 64 persen dan surat kabar mendapat persentase 46 persen. Pada tahun yang sama, hasil survey Roper menunjukkan bahwa persentase penggunaan media massa terbanyak ialah 48 persen televisi, 21 persen koran, dan 31 persen media massa yang lainnya.
Terdapat beberapa faktor mengapa televisi menjadi media massa yang paling populer bagi masyarakat AS di tahun 1960-an dan menggeser kedudukan radio serta media cetak, yaitu karena televisi mempunyai beberapa kelebihan seperti:
  1. Televisi menguasai jarak dan waktu, artinya dengan memanfaatkan satelit televisi dapat menyiarkan pesan dan informasinya secara luas dan serentak sehingga sasaran untuk menjangkau massa cukup besar.
  2. Nilai aktualitas televisi terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat.
  3. Dengan kemampuan menampilkan audio visual, menimbulkan daya rangsang masyarakat yang cukup tinggi untuk menikmati berita yang disajikan oleh televisi karena kekuatan suara dan gambar yang dimilikinya.
  4. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, lebih jelas dan sistematis sehingga pemirsa tidak perlu untuk mempelajari isi pesan terlalu lama dalam menangkap pesan dalam siaran televisi.
Kelebihan-kelebihan televisi tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Skornis dalam bukunya yang berjudul Television and Society; An Incuest and Agenda (1985), “dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas. Dengan layar yang relatif kecil diletakkan di sudut ruangan rumah, televisi menciptakan suasana tertentu di mana para pemirsanya duduk dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.” Dari pernyataan Skornis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberitakan kondisi perang Vietnam, televisi dapat menampilkan tayangan yang kejam dan “horor”, sehingga publik dapat merasakan sendiri suasana perang di rumah mereka masing-masing. Selain itu, televisi mampu menampilkan kondisi perang dalam bentuk audio visual sehingga penonton merasakan kenyamanan untuk menonton berita tanpa harus membaca tulisan-tulisan seperti di surat kabar. Dalam proses penyampaian berita, televisi lebih cepat sampai dan diberitakan langsung kepada publik Amerika Serikat dibandingkan dengan media yang lain, hal ini dikarenakan televisi mempunyai teknologi dan sistem transmisi serta satelit yang canggih dibandingkan dengan radio atau surat kabar. (Ryfky Eka Putra)

Thursday, March 15, 2012

SEJARAH ORANG CINA DI AMERIKA SERIKAT


Chinese American


Cina selain dikenal sebagai bangsa yang besar dikenal juga sebagai bangsa dengan penyebaran penduduk terbanyak di dunia. Pada tahun 1930 ada lebih dari 8 juta orang Cina meninggalkan Cina dan menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Amerika Serikat. Orang Cina biasanya datang dengan keadaan sangat miskin dan memiliki pekerjaan sebagai pedagang / bankir. Kesuksesan ekonomi mereka sering menyebabkan mereka jadi sasaran kemarahan penduduk negara yang mereka diami, termasuk di Amerika Serikat dan Indonesia. Amerika Serikat mengeluarkan Chinese Exclusion Act tahun 1882 untuk melarang imigran dari Cina, dan di Indonesia sering terjadi pembantaian etnis Cina, contohnya adalah peristiwa Mei 1998.

Cina sendiri sebenarnya adalah bangsa yang maju. Pada abad 11, Cina sudah mencapai tahap perkembangan ekonomi yang baru dicapai bangsa Eropa pada abad 18. imigrasi besar-besaran dimulai khususnya pada abad terakhir dari Dinasti Ming (abad 17). Orang Cina yang datang ke Amerika Serikat sendiri hampir semua dari propinsi Kwantung di Cina Selatan.

Orang Cina sendiri pertama datang ke Amerika pada sekitar tahun 1848, dimana saat itu terjadi gold rush di California. Orang Cina datang ke Amerika Serikat sebagai buruh kontrak / dengan uang yang dipinjam dari organisasi Amerika-Cina yang jadi pembimbing mereka di Amerika Serikat. Kebanyakan dari para imigran Cina itu dikenal sebagai pekerja keras, khususnya di bidang pertanian, pembuatan rel kereta api Central Pasific yang melewati California dan Pegunungan Sierra menuju Utah, dan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya yang tidak mau dikerjakan orang kulit putih. Mereka juga dikenal sebagi tenaga kerja yang murah, mampu menabung dari penghasilan yang sangat rendah itu, dan hidup sangat sederhana.

Jumlah orang Cina di Amerika Serikat makin meningkat bahkan setelah masa gold rush. Tahun 1851 ada 25 ribu orang Cina di California, tahun 1870 jumlah mereka di pantai barat ada 63 ribu orang. Pada 1880 ada 6000 imigran Cina memasuki Amerika Serikat, meningkat dua kali lipat pada tahun 1881, dan meningkat lima kali lipat pada tahun 1882. Dengan jumlah yang makin meningkat itu, pemerintah Amerika mengeluarkan Chinese Exclusion Act tahun 1882 dengan tujuan mengurangi jumlah imigran Cina yang masuk ke Amerika. Pada akhirnya, tahun 1943 Chinese Exclusion Act dicabut setelah Amerika Serikat dan Cina bersekutu menghadapi Jepang dalam Perang Dunia II.

Orang Cina yang datang ke Amerika Serikat sering mendapat sambutan yang buruk, bahkan kekerasan. Alasannya adalah mereka tidak putih dan tidak Kristen. Orang Cina dipandang tidak bisa berasimilasi dan kebudayaan mereka sangat berbeda dengan orang barat lain. Hal paling utama adalah mereka ditakuti karena bekerja lebih lama dan dibayar lebih murah sehingga bisa menurunkan standar hidup buruh. Akibatnya orang Cina dikucilkan oleh serikat buruh, bahkan tahun 1885 seorang buruh Cina yang mencetuskan pemogokan dibantai di Wyoming.

Gangguan yang sering dialami orang Cina adalah pemotongan kuncir panjangnya yang berakibat mereka tidak bisa kembali ke Cina, karena ada aturan dari Dinasti Manchu yang mengharuskan pria memiliki kuncir panjang. Selain itu, ada Chinese Exclution Act pada 1882 yang mengurangi jumlah orang Cina dan menghalangi mereka mendapat naturalisasi menjadi warga negara Amerika Serikat yang berakibat mereka tidak bisa memiliki tanah dan masuk pekerjaan. Akibat dari undang-undang itu terjadi banyak penyelundupan orang Cina, sebagian besar wanita, yang nanti digunakan sebagai pelacur.

Orang Cina kebanyakan hidup dalam komunitas sendiri yang disebut Chinatown. Pemimpin di Chinatown punya kekuatan politik, yaitu dengan menolak memberi pekerjaan dan kredit, sehingga mematikan orang Cina yang berpikiran radikal. Di dalam Chinatown juga ada organisasi rahasia yang biasa disebut Tong. Tong sendiri membagi wilayah khusus untuk pelacuran, perjudian, dan pemakaian opium. Tong sendiri sering masuk surat kabar karena perang antar Tong yang sporadis. Pengaruh dari Tong sendiri terlihat pada kuartal terakhir abad 19, Chinatown juga dikenal sebagai tempat pelacuran, minuman keras, dan perjudian bukan hanya untuk orang Cina, tapi juga untuk orang kulit putih.

Pembatasan imigran Cina secara sepihak menyebabkan tidak seimbangnya perbandingan pria dan wanita Cina di Amerika. Tahun 1890 perbandingannya 27 pria Cina untuk seorang wanita Cina, tahun 1930 perbandingannya masih satu banding empat. Merupakan hal wajar pada saat itu bila ada pedagang-pedangang kaya yang menyembunyikan istrinya dan diusahakan istrinya berhubungan sesedikit mungkin dedngan pria Cina. Masalah sendiri bisa dihindari karena klan tetap kuat. Pedagang Cina yang biasanya jadi pemimpin klan membangun asrama di sekitar tokonya untuk sesama bangsanya dan menyediakan bantuan, sarana, hubungan, dan tempat bernaung. Di tiap kota, klan yang mendominasi biasanya berbeda.
Organisasi saling bantu orang Amerika-Cina bergabung menjadi Chinese Consolidated Benevolent Association alias Six Companies yang berbicara atas nama orang Amerika-Cina secara umum. Tekanan sosial, ekonomi, dan moral dari Klan, Six Companies, dan Tong membuat Chinatown Amerika menjadi sangat tertutup.

Pada awal abad 20 Chinatown mengurus masalah ekonomi imigran yang baru datang dari Cina dan tidak meminta bantuan dari pemerintah Amerika Serikat. Saat kejadian gempa bumi yang menghancurkan Chinatown di San Fransisco dan Great Depression tahun 1930an mereka tidak meminta bantuan pemerintah. Bahkan ditengah sulitnya mendapat pinjaman dari bank tidak dapat mencegah kemapanan bisnis keturunan Cina. Perkumpulan yang memutarkan kredit di Chinatown menjadi lembaga yang sudah lama ada di kalangan orang Cina di selatan Amerika Serikat. Cara ini digunakan sampai tahun 1950an.
Pendidikan orang Amerika keturunan Cina pada tahun 1940 adalah 2% dari semua keturunan Cina berusia diatas 25 tahun, tapi lebih dari 80% masuk ke bidang profesional, terutama sains. Pada tahun 1960 separuh lebih orang Amerika keturunan Cina mempunyai profesi di bidang sains, akuntansi, teknik, perancang bangunan, dan dosen yang kebanyakan mengajar teknik dan ilmu pengetahuan alam. Kemajuan perekonomian ini membuat tempat tinggal orang Cina menyebar, tidak hanya di Chinatown saja dan mereka kebanyakan orang Amerika keturunan Cina.

Saat negara Cina diambilalih kaum Komunis, Hong Kong kebanjiran pengungsi dan banyak pengungsi di Hong Kong itu berhasil masuk ke Amerika Serikat. Imigran ini berbeda dengan sebelumnya. Imigran baru ini tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak mengerti dialek Toishan yang dipakai di Chinatown di Amerika Serikat. Pendatang baru itu sering menimbulkan masalah, terutama menganggu turis yang datang ke Chinatown dan tidak mau bekerja keras, walaupun banyak orang Cina Hong Kong yang terpaksa menerima gaji lebih rendah dari standar dan mendapat jam kerja yang menyalahi aturan. Gangguan terhadap turis menimbulkan gangguan bagi Chinatown, karena turis adalah sumber pemasukan mereka. Akibatnya Tong banyak yang mengancam dan membunuh para Cina Hong Kong yang membuat masalah di Chinatown dan banyak pemimpin Chinatown yang meminta polisi menghukum kaum Cina Hong Kong pembuat onar itu dengan sangat keras.

Orang Amerika keturunan Cina sekarang berpenghasilan lebih tinggi dari orang Amerika umumnya dan punya status pekerjaan lebih tinggi. Hampir satu dari lima keluarga keturunan Cina punya tiga atau lebih anggota yang berpenghasilan, bandingkan dengan satu dari sepuluh orang Indian Amerika dan satu dari enam orang kulit putih. Rahasianya adalah orang Cina lebih banyak bekerja dan mempunyai pendidikan lebih dari orang lain. Sarjana, ilmuwan, dan teknisi timur mempunyai klasifikasi sangat lebih tinggi daripada orang kulit putih dan kulit hitam yang ditunjukkan dengan proporsi orang Timur (keturunan Jepang dan Cina) yang memperoleh gelar Ph.D lebih banyak dan diraih di universitas yang peringkatnya lebih tingi. Selain itu orang timur lebih banyak menerbitkan karyanya dibanding orang kulit hitam dan putih.(Agustinus Yudoandrian)

example of Chinese-American ;-)


Saturday, March 3, 2012

Saat Wasit “Berbisik” dengan Mussolini…

Kapten Italia yang juga kiper, Combi (kiri), bersalaman dengan kapten Cekoslovakia yang juga kiper, Planicka, sebelum partai final Piala Dunia 1934, di depan wasit asal Swedia, Ivan Eklind. Sebelum pertandingan, Iklind bertemu diktator Italia, Benito Mussolini, yang dinilai kontroversial.

Bagaimana perasaan Anda jika melihat seorang wasit sepak bola berbisik dengan diktator terkenal Benito Mussolini? Penasaran apa yang diperbincangkan? Sudah pasti, tentunya. Hal itulah yang mungkin dirasakan sejumlah pemain Cekoslovakia sebelum melakoni partai puncak Piala Dunia 1934 melawan tuan rumah, Italia di Stadion Nazionale PNF, Roma.

Entah apa sebabnya, wasit asal Swedia, Ivan Eklind, yang bertugas memimpin pertandingan tersebut terlihat berada di tribun yang ditempati oleh Mussolini sesaat sebelum pertandingan. Pemandangan “tak wajar” itu lantas membuat sejumlah pemain Cekoslovakia heran, termasuk sang kapten Frantisek Planicka.

Usai pertandingan yang berakhir dengan kemenangan Italia 2-1 lewat perpanjangan waktu itu, tiba-tiba Planicka mengungkapkan kekesalannya. Planicka yang saat itu menjadi pemain SK Slavia Praha menuding adanya persekongkolan antara wasit dan Mussolini dalam pertandingan tersebut.

“Kemenangan kami telah dirampok!  Atmosfer di stadion ini menegaskan hal itu. Eklind ada di tribun bersama Mussolini. Kami tak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi kami punya dugaan. Dia menghentikan umpan bersih kami dengan meniup peluit, lalu sering mengabaikan pelanggaran keras,” sesal Planicka usai pertandingan final tersebut.

Ideologi Politik Tak Kuat, Rakyat Makin Melarat


Seorang pejalan kaki melintasi sebuah spanduk bertulisan "KKN Membuat Rakyat Melarat dan Sengsara” di Kawasan Komplek Polda Metro Jaya, Jakarta, (Sabtu 1/10). RANDY TRI KURNIAWAN/RM

"Pemikir, cendikia, idealis dan intelektual berdialog dan bernegosiasi dalam merekontruksi Indonesia. Sebuah harapan untuk menjadikan bangsa Indonesia yang maju, makmur rakyatnya, dan disegani di percaturan dunia Internasional.."

Jika berbicara mengenai sistem politik, bangsa Indonesia memang memiliki sejarah panjang. Guna mencari ide sistem politik yang baku, sejumlah halangan dan rintangan fluktuatif kerap menghampiri perjalanan penuh liku. Meskipun sejumlah kalangan menilai, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial, namun kenyataannya tidak demikian. 

Indonesia disebut negara yang berdasarkan prinsip-prinsip republik/politea yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 sebagai pandangan hidup dan falsafah dasar negara. Namun, dalam pengaplikasinya, Indonesia justru menerapkan sistem Republik Konstitusional, dimana seorang presiden memegang kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan. 

Bahkan sistem presidensial itu pun justru kerap membatasi kekuasaan presiden oleh konstitusi dan pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen. Dengan demikian, pelaksanaan sistem republik berdemokrasi saat ini bisa diaktakan tidak ada yang mencerminkan kedewasaan dalam mengolah negara ini dengan benar.

Friday, March 2, 2012

Nurcholis Madjid dan Pruralisme Islam


Sebagai salah satu cendikiawan muslim yang mempunyai pemikiran kritis tentang pruralisme Islam, membuat nama Nurcholis Madjid cukup disegani di mata masyarakat Indonesia. Tokoh kelahiran Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 itu sangatlah menjujung konsep pluralisme terutama dalam ajaran agama Islam. Merasa bahwa ajaran Islam di Indonesia tradisional dan tidak modern, membuat pria yang akrab dengan panggilan Cak Nur itu yakin Pruralisme sangat penting untuk diterapkan.

Konsep pemikiran itu didapatkan Cak Nur sejak dirinya masih aktif dalam kegiatan keagamaan saat usianya muda. Tak puas karena menilai konsep ajaran sejumlah pesantren Indonesia yang terlalu tradisional, Cak Nur pun akhirnya rela "melalang-buana" dari satu pesantren ke pesantren lain.

Titik terang pun datang, saat Cak Nur bergabung di Pondok Pesantren Darul Salam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur pada 1960. Ia menilai, pondok tersebut merupakan salah satu pesantren yang sangat maju dan moderen. Sejumlah pemikiran Marx, Hegel yang sering dianggap tabu, justru dijadikan dasar pertimbangan santri-santrinya untuk mengembangkan pemikiran baru.

Enam tahun menimba ilmu, Cak Nur kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada 1965. Cak Nur yang juga aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat itu, kemudian mulai mencoba untuk mengembangkan pemikirannya mealui berbagai tulisan. Ia pun akhirnya meluncurkan buku kecil yang berjudul "Nilai-Nilai Dasar Perjuangan". Buku yang menjadi dasar keislaman HMI hingga sekarang itu ditulis, karena dirinya merasa iri terhadap anak-anak muda komunis di Indonesia yang banyak menggunakan pedoman pemikiran Marx yang bernama Pustaka Kecil Marxis.

Wednesday, February 29, 2012

Membangun Industri Otomotif Amerika Serikat...


Abad ke-20 merupakan masa keemasan industri otomotif  Amerika Serikat. Banyak produsen otomotif bermunculan dan sukses mengembangkan usahanya di AS dari industri rumahan hingga industri besar pada masa itu. Untuk industri mobil kita mengenal Ford, Buick, Maxwell, Olds, Reo, Cadillac, Hudson, Packard, Overland hingga Marmon. Sedangkan, untuk industri sepeda motor, nama Indian hingga Harley-Davidson tak lepas dari masa keemasan industri otomotif AS pada era tersebut.

Melisik sejarah industri otomotif AS memang memiliki perjalanan panjang. Namun, untuk memulai cerita awal keemasan industri ini kita akan memulai pada akhir 1890-an. Saat itu kendaraan bermotor telah merubah status kedudukannya di masyarakat AS. Kendaraan bermotor yang awalnya diciptakan hanya untuk memenuhi rasa keingintahuan kemudian bertransformasi menjadi benda yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat AS.

Kendaraan bermotor mulanya dibutuhkan sebagai pengganti kendaraan yang telah populer pada masa sebelumnya, yaitu kereta api, kereta kuda dan sepeda. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, masyarakat AS membutuhkan kendaraan yang lebih cepat dan efisien, dan dapat bergerak sendiri tanpa bantuan tenaga kuda atau tenaga manusia.

Kereta api yang notabennya bisa bergerak sendiri, sebenarnya juga memiliki keterbatasan. Kendaraan itu dinilai "monoton" karena hanya dapat mengantar penumpang dari satu stasiun ke stasiun lainnya, dan tidak bisa  memenuhi keinginan seseorang untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik atau pribadi.

Sedangkan, untuk sepeda dan kereta kuda memang bisa memenuhi ambisi masyarakat untuk mencapai tempat tujuan yang spesifik. Tapi lagi-lagi dua kendaraan tersebut tetap dinilai kurang efisien karena kurang cepat. Maka jawaban yang paling tepat adalah kendaraan bermotor yang dapat dimiliki perorangan.

Friday, February 17, 2012

Ini Bukan Sepak Bola, tapi Perang!




“Ini bukan lagi sepak bola, tetapi perang!” Kalimat itulah yang terucap dari salah satu pemain bintang Al-Marsy, Abo Treika, menanggapi kerusuhan seusai pertandingan Liga Mesir antara klubnya melawan Al-Ahly, Rabu (1/2/2012) waktu setempat.

Dalam insiden tersebut, sedikitnya 74 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka, termasuk para pemain dan pelatih. Ini merupakan insiden terparah sejak kerusuhan antara pendukung sepak bola Hearts of Oak dan Asante Kotoko di Stadion Accra, Ghana, pada Mei 2001 lalu, yang mengakibatkan 126 orang meninggal dunia.

Kekecewaan bintang asal Mesir itu memang bisa dimaklumi. Sepak bola yang seharusnya menjadi alat pemersatu, justru seolah menjadi ajang pertempuran kekuatan tirani politik yang kejam dalam peristiwa itu.

Lihat saja bagaimana ribuan pendukung Al-Marsy dengan membabi buta memukuli setiap anggota tim dan pendukung Al-Ahly yang ada di Stadion Port Said seusai laga yang dimenangkan oleh timnya dengan skor 3-1 itu. Bahkan, mereka tidak segan-segan menghunus pisau ke setiap orang yang menggunakan identitas Al-Ahly.

Sejumlah pemberitaan media massa menyebutkan, kerusuhan ini dipicu adanya aksi provokasi dari simpatisan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Apalagi, daerah Port Said memang dianggap sebagai salah satu basis pendukung Mubarak yang berkuasa lebih dari 30 tahun itu.

MU-Liverpool, Bukan Sekedar Hidup dan Mati..


Manajer Liverpool, Kenny Dalglish (kanan), dan pelatih Manchester United, Alex Ferguson. (Daylife)

Beberapa orang berpikir sepak bola adalah hidup dan mati. Tapi saya yakinkan Anda, ini akan jauh lebih penting daripada itu semua.“- William “Bill” Shankly.

Pernyataan yang dilontarkan dari bibir manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, itu seakan menjadi gambaran sesungguhnya ketika menyaksikan rivalitas terbesar dalam ziarah sepak bola Inggris antara Liverpool dan Manchester United. Nama besar kedua tim seakan menjadi ikon yang tak bisa lepas dan saling melengkapi satu sama lain di dalam ranah sepak bola Inggris saat ini.

Jika ditarik ke belakang, rivalitas Liverpool dan MU ini tak bermula dari urusan lapangan semata. Dunia bisnislah yang pertama kali membuat api rivalitas menggelora dalam sejarah dua klub tersebut. Pada abad ke-19, hubungan kedua kota itu awalnya sangat harmonis, karena Liverpool terkenal sebagai kota pelabuhan besar di Inggris, dan Manchester merupakan kota pertama yang perekonomiannya cukup maju semenjak revolusi Inggris.

Namun, hubungan manis itu harus retak pada akhir 1878. Depresi dunia ketika itu, membuat Manchester “menyalahkan” Liverpool karena dianggap telah memberlakukan tarif tinggi bagi jalur distribusi produk-produk mereka. Kecewa, Manchester lantas membangun pelabuhan sendiri untuk mendistribusikan hasil industri kotanya ke seluruh dunia pada 1894.

Thursday, February 9, 2012

Harley Davidson dan Sang Revolusioner Meksiko


Kopral Roy Holtz, "The First Yank and Harley Davidson to enter Germany"

Siapa yang tidak mengenal Harley-Davidson. Merek sepeda motor asli Amerika Serikat (AS) itu telah menjadi legenda di dunia kendaraan roda dua. Lahir pada1903 dari kerja sama dua keluarga, Harley dan Davidson, perusahaan ini hanya butuh 17 tahun untuk menjadi perusahaan sepeda motor terbesar di dunia pada saat itu.

Meski berkembang dalam waktu singkat, bukan berarti perjalanan Harley-Davidson mulus akan rintangan. Kendala teknis dari pengembangan teknologi mesin, pemasaran dan persaingan dari perusahaan lain yang telah lebih dahulu mapan kerap menghampiri perjalanan perusahaan tersebut. Namun, berkat kerjasama dan strategi dari para pendiri Harley-Davidson dan seorang yang bernama Pancho Villa, perusahaan itu berhasil menemukan jalan pintas menuju kesuksesan.

Lantas siapakah Pancho Vila? Pancho Villa dan Harley-Davidson sebelumnya tidak memiliki hubungan sama sekali. Villa bukan seorang teknisi ataupun sales Harley Davidson. Pria dengan nama lengkap Jose Doroteo Arango Arambula atau Francisco Villa itu adalah seorang pemberontak dan pemimpin revolusi terhadap Presiden Meksiko, Venustiano Carranza.

Hubungan antara Villa dan Harley-Davidson awalnya bermula, pada 9 Maret 1919. Saat itu, bersama ratusan anak buahnya, Villa menyerang detasemen pasukan berkuda ke-13 milik AS di Columbus, New Mexico, AS untuk merebut amunisi untuk pasukannya. Meskipun mendapat perlawanan dari ratusan tentara AS, Villa akhirnya mampu merebut persenjataan dan 100 kuda detasemen milik AS dalam serangan yang dikenal dengan nama The Battle of Columbus tersebut.

Militer AS yang tidak terima dengan penyerangan itu, kemudian melakukan misi serangan balasan. AS pun memilih salah seorang tentara andalannya, Jenderal John “Black Jack” Pershing sebagai pemimpin misi tersebut. Di saat itu lah Harley-Davidson pertama kali terlibat dalam sebuah ekspedisi militer. Harley-Davidson yang terkenal dengan ketangguhannya terpilih sebagai sepeda motor yang membawa Jenderal “Black Jack” memburu Villa di padang pasir.

Akan tetapi, pengejaran yang berlangsung selama enam bulan itu mengalami kegagalan karena sang target tak kunjung ditangkap. Namun, kegagalan itu justru membuat nama Harley-Davidson melambung. Tangguhnya performa sepeda motor itu di hamparan gurun Colombus, New Mexico, membuat Militer AS berdecak kagum.

Rasa kagum itu kemudian membuat Harley-Davidson menjadi pilihan, saat AS ikut serta pada Perang Dunia I. Tak tanggung-tanggung, Militer AS pun berani untuk memasukannya dengan jumlah sepertiga dari total 70.000 unit sepeda motor yang dibutuhkan selama perang. Pilihan itu pun tepat, karena sepeda motor Harley-Davidson dapat mempermudah pasukan AS dalam melakukan pengintaian dan pengantaran logistik ke garis terdepan medan pertempuran.

Akhirnya, sepanjang PD I, sekitar 20.000 unit sepeda motor Harley-Davidson dikirim ke medan pertempuran. Meski masih tersisa 14.600 unit lagi yang belum diproduksi karena berakhirnya perang, Harley-Davidson berubah bak bintang. Sepeda motor tersebut mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat AS, karena dinilai cukup membantu negara "Paman Sam" dalam medan pertempuran. Citra "Motor Nasionalis" pun disematkan masyarakat kepada sepeda motor tersebut.

Sejumlah media massa ramai memperbincangkan "kehebatan" kendaraan Harley Davidson. Slogan  “Uncle Sam’s Choice; Harley-Davidson” pun terpampang dalam salah satu iklan perusahaan tersebut pada era 1920-an. Di masa itu, Harley-Davidson akhirnya memulai masa keemasannya. Harley-Davidson kemudian menjadi legenda dan mampu mengungguli pesaing-pesaingnya hingga menjadi perusahaan sepeda motor terbesar di dunia hingga masa kini. (IKRA MUHLIS)

Monday, January 16, 2012

Kejamnya Keadilan "Sandal Jepit"





Akυ ѕереrtі bemo аtаυ sendal jepit.
Tubuhku kесіl mungil biasa terjepit.
Pаdа siapa ku mengadu?
Pаdа siapa ku bertanya?


Jauh sebelum kasus “sandal jepit” merebak, penyanyi kondang Iwan Fals sudah teriak-teriak soal sandal jepit dаlаm syair lagunya “Besar dаn Kесіl”. Iwan menganalogikan rakyat kесіl ѕереrtі jendal jepit уаng selalu terjepit, diremehkan, lemah, selalu kаlаh. Sереrtі sandal jepit, begitulah kenyataan masyarakat kесіl јіkа harus berurusan dеngаn hukum.

Tіdаk perlu menutup mata kаrеnа kenyataan іtυ ada dі dераn mata kіtа. Aparat negeri іnі terkesan lebih suka menjepit rakyat kесіl уаng sudah biasa menjerit kаrеnа ketidakadilan dі negeri іnі. Mеrеkа terkesan lebih senang membela рејаbаt dеngаn kekayaan berlipat, dibandingkan rakyat kесіl уаng biasa hidup melarat.

Mаυ bukti? Tengoklah kasus Nenek Minah (55) asal Banyumas уаng divonis 1,5 tаhυn раdа 2009, hаnуа kаrеnа mencuri tiga buah Kakao уаng harganya tіdаk lebih dаrі Rp 10.000. Bаhkаn, υntυk datang kе sidang kasusnya іnі Nenek уаng sudah renta dаn buta huruf іtυ harus meminjam uang Rp 30.000 υntυk biaya transportasi dаrі rumah kе pengadilan уаng mеmаng jaraknya cukup jauh.

Yаng paling anyar, kasus pencurian sandal jepit уаng menjadikan AAL (15) pelajar SMK 3, Palu, Sulawesi Tengah, ѕеbаgаі pesakitan dі hadapan meja hijau. Iа dituduh mencuri sandal jepit milik Briptu Ahmad Rusdi Harahap, anggota Brimob Polda Sulteng. Hаnуа gara-gara sandal jepit butut AAL terancam hukuman kurungan maksimal lima tаhυn penjara.

Proses hukum аtаѕ AAL рυn tampak janggal. Iа didakwa mencuri sandal merek Eiger nomor 43. Nаmυn, bukti уаng diajukan adalah sandal merek Ando nomor 9,5. Selama persidangan tаk ada satu saksi рυn уаng melihat langsung араkаh sandal merek Ando іtυ mеmаng diambil AAL dі dераn kamar Rusdi.

Dі persidangan, Rusdi yakin sandal уаng diajukan ѕеbаgаі barang bukti іtυ adalah miliknya kаrеnа, katanya, іа memiliki kontak batin dеngаn sandal іtυ. Sааt hakim meminta mencoba, tampak jelas sandal Ando іtυ kekecilan υntυk kaki Rusdi уаng besar.

AAL mеmаng dibebaskan dаrі hukuman dаn dikembalikan kepada orangtuanya. Nаmυn, majelis hakim memutus AAL bersalah kаrеnа mencuri barang milik οrаng lain.

Mаtі

Sosiolog dаrі Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengatakan, hukuman уаng diberikan kepada Nenek Minah dаn AAL іtυ menggambarkan bаhwа proses hukum уаng mаtі dаrі tυјυаn hukum іtυ sendiri. Hukum, kаtа dіа, hаnуа mengikuti aturan formal, tіdаk memperhitungkan subtansi dаn hati nurani.

“Ancaman lima tаhυn dаn vonis 1,5 tаhυn іtυ, bυkаn masalah Jaksa, Polisi, аtаυ Hakim ѕаја. Tapi mеrеkа ѕеmυа tеlаh melakukan kesesatan kolektif. Meskipun bаnуаk protes dаrі masyarakat, mеrеkа masih јυgа memproses dаn memutuskan sesuatu ѕесаrа tіdаk sedikitpun ada kesadaran dаn evaluasi,” kаtа Imam.

Sosiolog Soetandyo Wignjosoebroto рυn mengatakan hal serupa. Hakim kini dinilainya tеrlаlυ legalistik tеrhаdар putusan bersalah rakyat kесіl. Hakim tіdаk mampu memahami arti dаn makna sekaligus kearifan уаng terkandung dаlаm aturan hukum.

“Undang-undang іtυ dead letter law (hukum уаng mаtі). Hukum mеnјаdі aktif dаn dinamik melalui kаtа hati dаn tafsir hakim. Kalau putusannya іtυ aneh, іtυ bυkаn ѕаlаh undang-undang, mеlаіnkаn hakim. Hakimnya harus pandai memberi putusan уаng bisa diterima,” kаtа Soetandyo.

Meskipun, seyogyanya mencuri аtаυ mengambil barang οrаng lain sekecil ара рυn tаnра izin adalah perbuatan melanggar hukum. Dаn hukum harus ditegakkan. Nаmυn, араkаh hal іtυ sudah sesuai rasa keadilan dі masyarakat?

Lihat ѕаја bagaimana раrа рејаbаt dаn koruptor berdasi putih mencuri uang rakyat уаng nilainya sebanding dеngаn jutaan sandal jepit dаn kakao іtυ diperlakukan dеngаn terhormat οlеh aparat. Mеrеkа dapat melanggeng bebas dаrі hukuman уаng tіdаk tеrlаlυ berat. Mеrеkа рυn dapat mangkir dаrі panggilan pengadilan dеngаn alasan sakit уаng kadang dibuat-buat.

Data Indonesian Corruption Watch (ICW) menunjukan koruptor rata-rata hаnуа dihukum dі bаwаh dua tаhυn. Pаdа 2010, sebanyak 269 kasus аtаυ 60,68 persen hаnуа dijatuhi hukuman antara 1 dаn 2 tаhυn. Sеdаngkаn, 87 kasus divonis 3-5 tаhυn, 13 kasus аtаυ 2,94 persen divonis 6-10 tаhυn. Adapun уаng dihukum lebih dаrі 10 tаhυn hаnуа dua kasus аtаυ 0,45 persen.

Pіmріnаn Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqqodas раdа pertengahan Nονеmbеr tаhυn lаlυ, mengakui bаhwа hukuman υntυk koruptor mеmаng rendah. Pengadilan, kаtа Busyro, seakan-аkаn tаk mencerminkan ideologi hukum уаng baik. “Putusan hakim kehilangan roh υntυk berpihak раdа kepentingan rakyat,” kаtа Busyro.

Guru Besar Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan kini hukum hаnуа tajam јіkа kеbаwаh dаn tumpul јіkа berhadapan dеngаn kalangan аtаѕ. Pemerintah, menurut Hikmahanto, seharusnya peka tеrhаdар rasa ketidakadilan уаng terus dialami rakyat.

“Sауа prihatin. Hakim tеrlаlυ legalistik јіkа pihak уаng lemah mеnјаdі terdakwa. Untυk kasus korupsi, hakim justru tаk menggunakan kacamata kuda, tеtарі seolah-olah memahami tuduhan korupsi tаk terbukti dеngаn melihat konteks,” kаtа Himkmahanto dі Jakarta, Kаmіѕ.

Keadilan Restoratif

Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyarankan аgаr aparatpenegak hukum menggunakan restorative justice (keadilan restoratif) ѕеbаgаі penyelesaian alternatif dаlаm sejumlah kasus kесіl ѕереrtі уаng menimpa AAL mаυрυn Nenek Minah.

Keadilan restoratif adalah konsep pemidanaan уаng mengedepankan pemulihan kerugian уаng dialami korban dаn pelaku, dibanding menjatuhkan hukuman penjara bаgі pelaku. Hal іtυ dimaksudkan аgаr penyelesaian kasus-kasus kесіl tаk perlu sampai kе pengadilan, tеtарі diselesaikan cukup dеngаn mediasi. Peradilan anak tеlаh digagas pemerintah belandaskan azas іnі.

Mantan Menteri Hukum dаn Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar уаng turut memperjuangkan penerapan keadilan restoratif mengaku kecewa dеngаn раrа penegak hukum уаng tіdаk menggunakan konsep tersebut. Iа menilai, Kementerian Hukum dаn HAM рυn bertanggunjawab, kаrеnа sekarang lebih peduli раdа pencitraan, ѕеhіnggа subtansi rasa keadilan masyarakat tіdаk tersentuh lagi.

“Sungguh disesalkan, sekarang іnі ѕеmυа penegak hukum mυlаі lagi kеmbаlі kе ego sektoral masing-masing,” kаtа Patrialis.

Sejumlah pandangan, fakta іtυ, memperlihatkan bаhwа keadilan hukum dі negeri іnі hаnуа sebatas keadilan sendal jepit, keadilan уаng menjepit rakyat kесіl. Sungguh ironi, dі negeri уаng dаlаm butir-butir dasar negaranya disebut menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dаn perilaku berkeadilan іnі, rakyatnya diperlakukan dаlаm perbedaan kasta besar dаn kесіl. Penegakan hukum dі negeri іnі masih sangat diskriminatif. Keras dаn tegas υntυk rakyat kесіl, tapi loyo dаn bagai аgаr-аgаr bаgі kalangan аtаѕ. (ARY WIBOWO)

Mari berdendang bersama Iwan Fals…

Mengapa besar selalu menang.
Bebas berbuat sewenang-wenang.
Mengapa kесіl selalu tersingkir.
Harus mengalah dаn menyingkir.
Aра bedanya besar dаn kесіl?

#Tulisan ini dimuat juga di Kompas.com