Thursday, February 9, 2012

Harley Davidson dan Sang Revolusioner Meksiko


Kopral Roy Holtz, "The First Yank and Harley Davidson to enter Germany"

Siapa yang tidak mengenal Harley-Davidson. Merek sepeda motor asli Amerika Serikat (AS) itu telah menjadi legenda di dunia kendaraan roda dua. Lahir pada1903 dari kerja sama dua keluarga, Harley dan Davidson, perusahaan ini hanya butuh 17 tahun untuk menjadi perusahaan sepeda motor terbesar di dunia pada saat itu.

Meski berkembang dalam waktu singkat, bukan berarti perjalanan Harley-Davidson mulus akan rintangan. Kendala teknis dari pengembangan teknologi mesin, pemasaran dan persaingan dari perusahaan lain yang telah lebih dahulu mapan kerap menghampiri perjalanan perusahaan tersebut. Namun, berkat kerjasama dan strategi dari para pendiri Harley-Davidson dan seorang yang bernama Pancho Villa, perusahaan itu berhasil menemukan jalan pintas menuju kesuksesan.

Lantas siapakah Pancho Vila? Pancho Villa dan Harley-Davidson sebelumnya tidak memiliki hubungan sama sekali. Villa bukan seorang teknisi ataupun sales Harley Davidson. Pria dengan nama lengkap Jose Doroteo Arango Arambula atau Francisco Villa itu adalah seorang pemberontak dan pemimpin revolusi terhadap Presiden Meksiko, Venustiano Carranza.

Hubungan antara Villa dan Harley-Davidson awalnya bermula, pada 9 Maret 1919. Saat itu, bersama ratusan anak buahnya, Villa menyerang detasemen pasukan berkuda ke-13 milik AS di Columbus, New Mexico, AS untuk merebut amunisi untuk pasukannya. Meskipun mendapat perlawanan dari ratusan tentara AS, Villa akhirnya mampu merebut persenjataan dan 100 kuda detasemen milik AS dalam serangan yang dikenal dengan nama The Battle of Columbus tersebut.

Militer AS yang tidak terima dengan penyerangan itu, kemudian melakukan misi serangan balasan. AS pun memilih salah seorang tentara andalannya, Jenderal John “Black Jack” Pershing sebagai pemimpin misi tersebut. Di saat itu lah Harley-Davidson pertama kali terlibat dalam sebuah ekspedisi militer. Harley-Davidson yang terkenal dengan ketangguhannya terpilih sebagai sepeda motor yang membawa Jenderal “Black Jack” memburu Villa di padang pasir.

Akan tetapi, pengejaran yang berlangsung selama enam bulan itu mengalami kegagalan karena sang target tak kunjung ditangkap. Namun, kegagalan itu justru membuat nama Harley-Davidson melambung. Tangguhnya performa sepeda motor itu di hamparan gurun Colombus, New Mexico, membuat Militer AS berdecak kagum.

Rasa kagum itu kemudian membuat Harley-Davidson menjadi pilihan, saat AS ikut serta pada Perang Dunia I. Tak tanggung-tanggung, Militer AS pun berani untuk memasukannya dengan jumlah sepertiga dari total 70.000 unit sepeda motor yang dibutuhkan selama perang. Pilihan itu pun tepat, karena sepeda motor Harley-Davidson dapat mempermudah pasukan AS dalam melakukan pengintaian dan pengantaran logistik ke garis terdepan medan pertempuran.

Akhirnya, sepanjang PD I, sekitar 20.000 unit sepeda motor Harley-Davidson dikirim ke medan pertempuran. Meski masih tersisa 14.600 unit lagi yang belum diproduksi karena berakhirnya perang, Harley-Davidson berubah bak bintang. Sepeda motor tersebut mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat AS, karena dinilai cukup membantu negara "Paman Sam" dalam medan pertempuran. Citra "Motor Nasionalis" pun disematkan masyarakat kepada sepeda motor tersebut.

Sejumlah media massa ramai memperbincangkan "kehebatan" kendaraan Harley Davidson. Slogan  “Uncle Sam’s Choice; Harley-Davidson” pun terpampang dalam salah satu iklan perusahaan tersebut pada era 1920-an. Di masa itu, Harley-Davidson akhirnya memulai masa keemasannya. Harley-Davidson kemudian menjadi legenda dan mampu mengungguli pesaing-pesaingnya hingga menjadi perusahaan sepeda motor terbesar di dunia hingga masa kini. (IKRA MUHLIS)

No comments:

Post a Comment